Yang Terindah. Senyum indah itu kini di depan mata | by Romance Rocket | Jul, 2025

Assalamualaikum All, Assalamualaikum Ell, Assalamualaikum Dull.
Assalamualaikum anak-anak Ahmad Dhani.
Waktu gue menutup lagu sebelumnya dengan lirik, “kini senyuman semanis itu menetap di ruang ingatku selamanya” itu bukan sekadar kalimat pemanis dalam lagu, itu benar-benar apa yang gue rasakan. Senyuman itu masih membekas, tetap ada di kepala meskipun kalender DKI Jakarta yang ada di rumah gue udah silih berganti dari yang awalnya masih ada Anies Baswedan sampe dia udah ilang. Baru di tahun 2024 gue punya cukup keberanian buat coba deketin dia. Sebenarnya juga sembari mencoba peruntungan kali aja dia udah gak sama pacarnya. Dari situ cerita gue dan dia mulai berubah, dari yang awalnya cuma saling tahu, jadi saling kenal. Lagu kedua ini gue tulis sebagai catatan dari momen itu. Judulnya “Yang Terindah”, karena begitulah kesan pertama yang gue dapet waktu pertama kali benar-benar jalan bareng dia dan melihat wajahnya dari dekat. Ternyata senyum manis yang saat itu cuma gue liat dari jauh lebih mematikan saat dilihat dari dekat.
Awalnya gue coba mendekati dia dengan cara yang paling sederhana, yakk follow Instagram-nya. Nggak ada strategi ribet, cuma berharap bisa jadi langkah kecil untuk mulai mengenal lebih jauh. Waktu pertama kali mampir ke profilnya, perhatian gue langsung jatuh ke salah satu highlight yang isinya kumpulan momen dia nonton konser One Ok Rock. Itu momen yang cukup bikin antusiasme gue meninggi. Kebetulan gue juga suka banget sama band itu, dan rasanya menemukan seseorang dengan selera musik yang sama tuh selalu menyenangkan. Ada rasa penasaran, ada juga antusiasme yang muncul tiba-tiba. Tapi di balik antusiasme itu, gue juga dihadapkan pada kenyataan yang cukup bikin langkah gue pelan lagi. Gue tahu bahwa saat itu dia masih sama pacarnya. Agak kecewa, iya. Tapi gue juga gak mau maksa perasaan yang belum tentu bisa ke mana-mana. Akhirnya gue putuskan untuk menyimpan rasa penasaran itu rapat-rapat. Kalau memang belum bisa dekat, ya mungkin cukup jadi mutualan yang punya kesamaan selera musik. Siapa tau, bisa jadi temen ngobrol seru suatu hari nanti. Waktu berlalu, dan gue gak terlalu berharap lebih. Tapi ternyata hidup punya caranya sendiri untuk menghadirkan momen-momen tak terduga. Tanggal 13 Oktober jadi titik awal dari percakapan panjang pertama kami. Saat itu, semuanya dimulai dari satu balasan story sederhana. Tapi dari sana, obrolan mengalir gitu aja. Kami bertukar cerita hampir seharian, mengenal satu sama lain lebih dalam lewat chat, meskipun gue akui saat itu gue masih harus banyak-banyak mancing topik biar ngobrolnya terus jalan.
Singkat cerita, sejak obrolan panjang itu komunikasi kami jadi makin intens. Sampe akhirnya tanpa banyak rencana kami ketemuan untuk pertama kalinya. Tanggalnya masih gue inget jelas 27 Oktober. Pertemuan yang sebenarnya sangat dadakan tanpa agenda pasti. Saat itu, gue ajak dia makan ramen bareng. Dan di momen itulah, untuk pertama kalinya gue benar-benar ngeliat wajahnya dari dekat. Dulu cuma bisa curi pandang dari kejauhan, sekarang senyum itu ada di depan mata. Rasanya agak surreal, kayak ketemu tokoh utama dari cerita yang selama ini cuma ada di kepala. Jujur aja ini agak lebay, waktu jemput dan nganterin dia pulang, sepanjang jalan gue cuma bisa terus bersholawat sambil berharap dalam hati, “Ya Allah, semoga jalanan ini bisa jadi jalan yang sering gue lewati. Sekarang, dan semoga juga nanti.” bisa aja tuh saat itu gue tambahin alunan suara hadroh juga, tapi ya berhubung saat itu gue bawa motor jadi cukup doa dalam hati aja. Dan lucunya, doa itu sempat termanifestasi. Hari demi hari, kami semakin dekat. Jalan menuju rumahnya beneran jadi rute yang sering gue lewatin. Meskipun pada akhirnya nggak semuanya berjalan seperti yang gue inginkan.
Sebenarnya hanya berselang tiga hari setelah pertemuan pertama kami itu, dia mutusin untuk nge-cut obrolan. Saat itu, jujur aja gue cukup sedih. Tapi itu adalah keputusan yang harus gue terima, meskipun rasanya berat. Di sisi lain, gue juga nggak mau langsung nyerah. Gue bilang ke diri sendiri, “Oke, kasih waktu satu bulan. Doain aja semoga dalam waktu itu semuanya baik-baik aja.” Akhirnya, hampir sepanjang bulan November, gue menahan diri untuk nggak menghubungi dia. Tapi bukan berarti gue berhenti mikirin dia. Ada satu momen di mana gue dengan cara yang cukup klasik dan sedikit norak mencoba ngodein dia lewat story IG nyanyiin lagu Kabar dari Hujan dari 90HP. Karena ya, lagu itu rasanya pas banget buat nyampein perasaan gue saat itu. Gue cuma pengen tahu kabarnya, pengen tahu dia baik-baik aja atau nggak, meskipun gue nggak bisa nanya langsung. Sampai akhirnya, rasa penasaran itu nggak bisa gue tahan lagi. Tanggal 24 November, gue putusin untuk ngechat dia lagi. Gue nggak punya ekspektasi apa-apa. Serius, nggak berharap bakal dibalas panjang atau obrolan akan balik seperti dulu. Gue cuma mau tahu kabar dia. Tapi ternyata, dari tanggal itu semuanya justru mulai berubah. Dari sanalah, kedekatan yang sebenarnya antara gue dan dia akhirnya dimulai.
Di lagu ini, gue memilih untuk gak menceritakan bagian ketika obrolan kami sempat terhenti. Bukannya mengabaikan kenyataan, tapi gue pengen menjaga mood lagu ini biar gak jadi lagu sedih. Fokus utamanya adalah pada rasa kagum gue ke dia, rasa yang ternyata gak cepat pudar, bahkan bertahan cukup lama sampai akhirnya terjalin kedekatan antara gue sama dia. Gue sengaja skip bagian mellow itu karena lagu ini memang gue niatkan untuk punya warna yang lebih ceria. Meskipun bagian verse nya menurut gue masih agak mellow. Intinya secara keseluruhan gue pengen lagu ini punya mood yang positif. Itu juga kenapa untuk pembawaannya, gue memilih gaya main gitar yang full strumming biar kesan cerianya lebih dapet, bukan yang dipetik satu-satu kayak lagu yang pertama.
Lagu ini bukan tentang patah hati, tapi tentang bagaimana kekaguman yang sederhana bisa tumbuh jadi sesuatu yang hangat dan penuh harapan. And it goes like this:
Yang Terindah
[Verse]
dia tetap tertinggal di kepala
tak peduli kalenderku silih berganti
kugenggam nyali tuk masuk dalam harinya
berharap pintu kini terbuka
kau mendengar juga band rock jepang yang sama
kuharap ini tandanya
tak sadar kita mulai berbagi cerita
kuharap ini awalnya
ku tahu pagimu dan kau mengetahui malamku
[Pre Chorus]
tibalah hari yang telah lama kunanti
walau datangnya tidak terduga
tak lagi sekedar bayang di kepala
senyum itu kini di depan mata
[Chorus]
ooo yang terindah lembaran baru kini terbuka di antara kita yang dulu tak menyapa
ooo yang terindah bersorak riang kupu kupu dalam hatiku saat liat cantik dirimu
kuharap waktuku tak berlalu saat bersamamu
ooo yang terindah dirimu bagai keindahan yang tak berakhir dalam jejak hari hariku
ooo yang terindah ingin kujaga tawa, senyum, dan bahagiamu tolong berikan aku waktu
tuhan kutitipkan nama dia di dalam doaku
(Luthfan — 22 Juni 2025)