Where are your footsteps headed? | by Glancesnotwords | Aug, 2025

https://open.spotify.com/playlist/2dXEJ428qeZ5aHQhSTTsE6?si=TlTQz79PTaaOrMec6-tMuQ
Kau tau,
Aku tau,
tetapi kita?
Diam tak berseru.
Ego, selalu berhasil menundukkan keinginan, dan ia — acapkali bertindak impulsif tak karuan. Bahkan debaran jantung pun tau, sebuah kebohongan yang masih mampu ku minta harap, atas nama cinta dan rasa yang belum sempat terucap.
Kau tau. Aku tau. Kau melihatku. Aku melihatmu. Tapi pandangan itu terhalang ragu. Caramu menatapku — seolah kau menitipkan senyuman yang tak bisa kau perlihatkan. Namun, di lain waktu, aku mengartikan pandangmu terhalang debu, tak sadar menatapku sebegitu. (begitu bodohnya diriku)
Entah akhirnya berhasil atau tidak dalam membersamaimu, naluriku tetap mengingat bagaimana saraf ku merspon gerak tubuh ketika di dekatmu, tiap-tiap kali reflek ku menoleh pada suara langkah kakimu, dan bagaimana caraku menyerap kata-katamu.
Raga berdekatan, pandangan saling bertabrakan, tapi mengapa …
percakapan itu tak pernah mampir di antara kesunyian yang mendera dalam ribuan pertanyaan?
Tetapi mungkin, hampir setengah revolusi bumi, suaramu tak terdengar di telingaku, tawamu tak mengudara di antara medium yang merambat di sekelilingku, dan senyummu tak lagi mengarah padaku (akankah ini menjadi penerapan konsep “glancesnotwords” ? )
Lalu setelah itu, separuh sisi diriku, ralat-kewarasanku bertanya, “Siapa aku?”
Ini takdirku. Aku tau.
Tetapi kita —harusnya mengubah takdir. Bukan takdir tertulis. Tetapi waktu yang masih ada — semoga takdirku ada di sana, bukan untuk tujuan, mungkin setidaknya untuk persinggahan. Untuk sesuatu yang masih remang, diambang kehilangan, aku selalu waspada, menunggunya dengan debaran yang bahkan tak mampu ku dengar.
Suatu hari, manakala kau akhirnya menemukan nyaman yang lebih dari sekadar ucapan, aku akan membayarnya dengan seutas senyuman. Sekadar beranjak dari ranjang, untuk menemukanmu terlelap dalam pelukan sang puan.