Untukmu. Cerita yang berawal manis, namun… | by Nara Saif | Sep, 2025

0z7NnX1io3VouGGL6.jpeg

Kisah aku dan dia berawal dengan manis, melihat histori pesan chat di DM Insagram dan pesan WhatsApp membuatku tersenyum. Menyadari, aku pernah di posisi ini. Di posisi berusaha mencari topik, di posisi takut kehilangan orang yang menyukaiku.

Tapi ada ragu disana, ragu melangkah, ragu mengambil keputusan, ragu memberikan jawaban pasti.

Satu bulan berlalu, banyak hal yang aku dan dia lalui. Topik “hows your days” tetap menjadi andalan setiap hari. Ajakan jalan setiap minggu, jadi jadwal rutin. Walau setiap ketemu, ada canggung di antara kami.

Satu pekan sebelum bulan Ramadhan, aku memantapkan hati, membicarakannya di depan keluarga kecil. Dengan lantang aku bilang, aku sedang dekat dengan seseorang. Ayah menjawab dengan santai, ga ada yang salah dari suka, jangan pacaran, kalau kalian saling suka. Lebih baik beri waktu sejenak, perbaiki diri masing masing dan bertemu lagi untuk jenjang yang lebih baik.

Bagi anak umur 17 tahun, itu adalah kalimat yang menusuk secara perlahan. Menyadari bahwa diri ini belum siap, aku memutuskan untuk mengungkapkan semuanya. Mengungkapkan keraguan, mengungkapkan tujuan dan rasa hati.

Satu hari sebelum bulan Ramadhan, aku bertemu dengannya di taman Summarecon Mall Bandung. Menjemputnya di depan gang, lalu membawanya ke tempat kami janjian. Kami melakukan banyak hal, mengobrol, membeli makanan di mini market dan duduk di kursi kursi taman.

Sampai langit mulai gelap, dan bulan bersinar terang, aku tak sanggup ucapkan apapun dari yang aku rencanakan. Tak sanggup untuk bilang, bahwa aku ragu. Namun beberapa waktu berikutnya, sikapku menunjukan apa yang tertahan dalam ucapakanku. Aku tak pernah lagi mengajaknya kemana mana, aku tak pernah lagi sengaja membuka topik, aku fokus pada tugas akhir sekolah kejuruan.

Kisah ini berakhir di atas bukit, di dalam tenda terjadi percakapan panjang melalui pesan teks WhatsApp. Dia yang meminta maaf, dan aku yang merasa bersalah karena tidak sempat menjelaskan semuanya. Dia merasa bersalah, padahal aku yang salah. Salah menggantungkan perasaan orang.

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *