Merantau tidak mengubah saya menjadi orang yang baru. | by aethereaxx | Jul, 2025
Belajar untuk bertahan hidup sendirian di lingkungan baru yang bahkan orang-orangnya tidak berbicara dengan bahasa yang sama dengan saya — padahal hanya berbeda bahasa daerah, tapi rasanya signifikan sekali— cukup membuat saya merasa asing seperti alien yang baru mendarat di bumi, mungkin ini perasaan para astronot saat mereka pertama kali menginjakkan kaki di bulan?
Awalnya saya pikir merantau berarti menjadi semakin jauh dari rumah dan berubah menjadi pribadi yang baru — lebih baik dari siapapun saya sebelumnya. Maka saat memutuskan akan kuliah di mana saya coba cari kampus sejauh mungkin dari rumah, mungkin sepulangnya nanti saya akan menjadi orang lain yang baru dan lebih baik. Saya tinggalkan semua harapan-harapan orang tua saya untuk memakai jas putih, juga teman-teman saya yang banyak meninggalkan memori dan luka, bahkan kamar tidur saya yang selalu jadi saksi bisu malam-malam penat saya menangis putus asa dengan apa-apa yang sudah terjadi.
Sampai di kota rantau, sebuah tempat baru yang bahkan belum pernah saya datangi sebelumnya, belum pernah saya temui orang-orangnya, dan belum pernah saya bayangkan akan jadi seperti apa, saya. Ada perasaan khawatir dan resah, jauh lebih besar dari penasaran dan semangat, akan jadi apa saya di kota orang? Apa saya bisa membangun diri saya yang baru sesuai dengan apa yang saya inginkan?
Perlahan semua yang saya miliki dan saya rasakan mulai berubah. Rumah saya yang bertingkat dua besar dan sering dikata-katai rumah orang kaya — padahal itu peninggalan kakek kami dulu — berubah menjadi sebuah kamar kecil sepetak dan kipas angin hitam baru, tidak perlu berjalan dari pintu ke pintu untuk menjumpai dapur, hanya dua langkah dari kamar kos. Mobil dan motor saya yang kemana-mana selalu menemani perjalanan, berubah menjadi… tidak ada, saya jadi lebih sering berjalan kaki kemana-mana. Dan saya, yang dulunya cukup dikenal di kalangan teman-teman sebagai si ini, si itu, si bisa, dan si tau, berubah menjadi saya yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan semua orang. Saya yang merasa besar berubah menjadi kecil, bersembunyi di balik kawah-kawah kecil berpura-pura kuat menanggung segala sesuatu yang baru ini.
Lalu saya, perlahan mulai berubah juga. Menjadi saya yang lebih suka istirahat di kamar, membiarkan bumi berputar sebagaimana adanya dengan teman-teman kuliah saya yang mulai menang lomba ini itu, jadi perwakilan forum ini itu, dan segala macam ini itu yang luar biasa hebat. Menjadi saya yang tidak peduli seberapa buruk orang-orang memperlakukan saya — sebenarnya peduli tapi tidak merespon — karena rasanya buang-buang tenaga saja. Menjadi saya yang sibuk dengan diri saya sendiri, setiap hari rasanya banyak sekali yang harus dikerjakan dan terburu-buru sekali, tapi kenapa orang-orang lain di sekitar seperti santai-santai saja, ya?
Merantau tidak membuat saya berubah menjadi orang baru yang saya inginkan, yang lebih keren dan bisa melakukan apa saja, yang disukai semua orang dan selalu tau harus melakukan apa. Merantau membuat saya menjadi saya yang sekarang, yang masih bingung dan khawatir tentang apa yang bisa terjadi di depan sana, yang teguh pada pendirian dan tidak lagi memikirkan apa kata orang, menjadi saya yang saya sukai.
Dan selama menulis ini saya menemukan jawaban baru. Bahwa yang membuat saya menjadi saya yang sekarang ini tidak seperti bayangan saya. Merantau tidak membuat saya berubah, saya sendiri yang membuat saya berubah. Ternyata apapun yang terjadi kepada saya sekarang terjadi karena saya sendiri, dan semoga saya akan terus seperti itu. Menjadi saya yang saya sukai.