Love Worn Out. Cinta yang sudah terkuras habis. | by Blue | Sep, 2025

Almost one year— satu tahun aku terjebak dalam pesona dirinya. Ketampanannya, cara dia melangkah dengan percaya diri, hingga kebaikan yang sederhana namun begitu memikat. Seolah aku hypnotized, mataku menolak berpaling setiap kali dia ada. Bahkan ekspresi lucunya yang sekilas, selalu berhasil menggoreskan senyum kecil di wajahku.
Namun, satu tahun ini bukan hanya tentang kagum. Hatiku sering dipenuhi badai rasa: bahagia, takut, dan sedih yang berdesakan tanpa jeda. Dalam diam, aku sadar, I’m not worthy of him. Mungkin aku memang hanya ditakdirkan untuk menjadi pengagum, bukan seseorang yang dia genggam tangannya.
Melupakannya? Rasanya seperti menentang arus. Kata orang, “Cinta di masa SMA adalah cinta yang paling setia.” Dan kini aku percaya. Aku sungguh mencintainya, dengan cara yang tulus, meski tanpa ikatan apa pun. To admire him from afar feels both beautiful and painful at the same time.
Berkali-kali aku mencoba untuk menghapusnya dari pikiranku. Menunduk saat berpapasan, menahan diri untuk tidak mencari sosoknya. Tapi setiap kali, hatiku kembali runtuh. Letting go ternyata bukan sekadar kata.
Namun tangis selalu datang ketika aku sadar hatiku belum siap. Kini aku lelah, lelah dengan pikiranku sendiri, lelah menahan perasaan yang terlalu besar untuk disimpan sendirian. Lelah mencintanya. Mungkin… inilah waktunya. Waktu untuk berhenti.
And maybe, this is where my story with him ends—quiet, unfinished, but beautiful in its own way.