Love Didn’t End. I Did.. Cintanya tetap tinggal, tapi aku yang… | by Carissa | Aug, 2025

“What hurts you the most?”
“I forced myself to lose feelings for someone I was deeply in love with.”
Kalimat itu terasa seperti tamparan Diam-diam kita paham betapa menyakitkannya. Karena kadang, yang paling membuat nyeri bukan saat kita ditinggalkan, tapi saat kita sendiri yang memilih pergi, dari orang yang masih kita cinta.
Tidak Semua Cinta Berakhir Karena Perasaan Hilang
Cinta bisa saja tetap tinggal, tapi realita memaksa kita untuk menyingkirkannya. Ada kalanya hati masih penuh oleh satu nama, tapi kepala sudah terlalu letih memperjuangkannya sendirian. Kita mencintai, tapi tidak bisa memiliki. Kita berharap, tapi terus kecewa. Sampai akhirnya, satu-satunya cara bertahan, adalah memaksa diri untuk berhenti.
Bukan karena ingin. Tapi karena harus.
Kita mulai menjauh bukan karena benci. Kita diam bukan karena sudah tak peduli. Tapi karena kita sadar, bertahan hanya membuat luka semakin dalam. Kita tahu, jika terus mencintai tanpa arah, satu-satunya yang tersisa hanya kehancuran hati sendiri.
Proses Melupakan Itu Sunyi
Melupakan bukan tentang menghapus chat atau memblokir media sosial. Bukan juga soal membuang hadiah atau berhenti menyebut namanya. Melupakan adalah proses diam-diam. Proses menyembuhkan diri dari dalam, meskipun luka belum sembuh seutuhnya.
Kamu mungkin tersenyum di luar, tapi hatimu masih gemetar tiap kali mendengar namanya. Kamu terlihat kuat, padahal kamu baru saja menghapus fotonya dengan tangan yang bergetar. Dan kamu tetap bilang, “nggak apa-apa”, meski sebenarnya kamu sedang patah untuk kesekian kalinya.
Mencintai Dirimu Juga Bentuk Cinta
Ada satu titik di mana kamu akan sadar kalau cinta saja tidak cukup. Kamu boleh mencintai seseorang, tapi kamu juga harus mencintai dirimu sendiri. Dan saat cinta padanya justru mulai menyakitimu lebih dari membahagiakanmu, kamu harus membuat keputusan yang sulit. Pergi.
Dan itu bukan bentuk kekalahan. Justru sebaliknya.
Memutuskan berhenti mencintai adalah keberanian. Bentuk cinta yang paling dewasa. Karena kamu memilih menyelamatkan dirimu dari luka yang tak pernah bisa dia sembuhkan.
“Aku Pergi Bukan Karena Tidak Cinta…”
Tapi karena aku tahu, kalau aku terus bertahan, aku akan habis. Aku sudah terlalu lelah mencintai diam-diam. Terlalu hancur berharap tanpa kepastian. Aku pergi karena aku ingin sembuh. Karena aku tahu, kalau bukan aku yang memilih berhenti, tak akan ada yang menyelamatkanku dari rasa ini.
Dan, kamu mungkin tak pernah tahu seberapa dalam aku menyimpanmu. Tapi aku harap kamu tahu, melepaskanmu adalah hal tersulit yang pernah aku lakukan—dan aku melakukannya demi diriku sendiri.
Penutup: Kamu Akan Baik-Baik Saja
Kalau hari ini kamu sedang dalam proses melupakan seseorang yang kamu cintai begitu dalam, percayalah, kamu nggak sendirian. Luka itu mungkin masih terasa, tapi kamu sedang dalam perjalanan menuju pulih. Dan satu hari nanti, kamu akan melihat ke belakang, bukan dengan tangis, tapi dengan senyum.
Karena kamu berhasil memilih dirimu sendiri. Dan itu adalah bentuk cinta paling tulus yang bisa kamu beri.
—Carissa