Dinginnya Sebuah Rumah. Kata mereka, ayah adalah cinta pertama… | by zheassaa | Oct, 2025

1759387003 bc1f8416df0cad099e43cda2872716e5864f18a73bda2a7547ea082aca9b5632.jpeg

Kata mereka, ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya.
Tapi bagiku, tidak. Ayah adalah luka pertama anak perempuannya.

Aku lahir sebagai anak tengah. Di atasku ada seorang kakak laki-laki, dan di bawahku seorang adik perempuan. Kami bertiga dibesarkan oleh seorang ibu yang penuh kasih. Dan seorang ayah… yang samar akan perannya.

Sejak kecil aku memang tak begitu dekat dengannya. Ayah lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Dan ketika hadir, yang ia bawa hanyalah sosok yang menyeramkan. Bagiku, ayah adalah seseorang yang kasar. Mungkin itulah alasan kenapa aku tak benar-benar menyukainya.

Waktu berjalan, aku tumbuh menjadi dewasa. Tapi ayah tetaplah ayah — ia tidak berubah. Bahkan sifatnya makin menyebalkan saja. Satu pertanyaan yang terus berputar di kepalaku, kenapa ia begitu mudah meledak pada kami, sementara pada orang lain ia bisa terlihat ramah dan manis?

Kadang aku mencoba memahami. Mungkin karena rumah adalah tempat yang membuatnya merasa bebas meluapkan semuanya. Tapi sekalipun itu alasannya, bukankah tetap saja tidak bisa dibenarkan?

Ayah bukan hanya pemarah. Ia pun gagal memenuhi kewajibannya sebagai kepala keluarga. Ia memang bekerja, tapi penghasilan yang diberikannya pada ibu jauh dari kata layak. Akhirnya, ibu yang harus merangkap peran. Dan itu… menyayat hatiku.

Seringkali aku menangis diam-diam karena memikirkan ibu. Pasti ia lelah berpura-pura kuat. Tapi di depan kami, ia selalu menelan sendiri segala luka itu. Mungkin, ia takut jika kami terbebani.

Tapi wallahi, tak pernah ada kata “beban” jika itu tentang ibu. Ibu adalah pengecualian. Sedih sekali menyadari bahwa justru ibulah yang paling banyak berkorban. Meski seharusnya ia yang ditopang, tapi luar biasanya seorang ibu, ia tetap mampu menanggung semuanya sendirian. Ia sabar. Ia kuat. Ia mengikhlaskan banyak hal yang tak semestinya ia tanggung.

Aku masih ingat, suatu malam ibu bertanya pada ayah. Tapi jawaban yang ia dapat bukan kata-kata, melainkan cercaan keras yang mengguncang seisi rumah. Aku tahu ibu tidak salah, dan aku tak bisa menahan diri untuk membelanya. Namun yang kudapat justru teriakan balik dari ayah. Suaranya yang tak hanya menusuk telinga tapi juga hatiku. Air mata yang tak mampu ku bendung itu pun berhasil jatuh membasahi pipiku.

Yang paling menyakitkan, bahkan disaat itu, ibu tetap membela ayah. Entah terbuat dari apa hatinya. Meski menerima kata-kata yang menyerangnya, ia memilih meredakan keributan dengan senyuman. Senyuman yang aku tahu menyimpan luka begitu dalam.

Aku lelah. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman justru sering menjelma medan peperangan. Betapa sering aku membayangkan hidup kami tanpa ayah. Seakan-akan dunia akan lebih tenang tanpa suaranya yang meledak-ledak. Tapi itu hanya pikiran nakalku. Sebenarnya, di balik semua itu, masih ada harapan kecil di hatiku. Harapan bahwa suatu hari ayah akan berubah.

Ketika usia tak lagi muda, ketika memasuki masa pensiun, bukankah seharusnya seseorang merindukan ketenangan? Bukankah masa tua adalah waktu untuk hidup dengan damai?

Entah ayah akan menjadi bagian dari orang yang menemukan kedamaian itu atau tidak, aku hanya bisa berdoa. Semoga suatu hari nanti, rumah ini tak lagi sedingin sekarang.

**Disclaimer**
Beberapa minggu lalu, seorang followers Instagram me-reply storyku. Dari pesan singkat itu, ia meminta sesuatu yang tak biasa… menuliskan kisahnya. Sebuah cerita “based on true story” untuk turut dibagikan. Permintaan itu membuat hatiku berbunga-bunga. Bagaimana tidak? Diberi kepercayaan adalah anugerah yang luar biasa. Bagiku, kepercayaan adalah bentuk penghargaan yang diberikan seseorang, tanda bahwa diriku dianggap pantas. Karena itu, aku merasa ini bukan sekadar tugas menulis, melainkan sebuah kesempatan untuk memberikan yang terbaik. Semoga saja, dia suka dengan tulisannya.

Kamis, 02 Oktober 2025 Pukul 12.40 — terbungkus beku

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *