Beberapa kali aku mencoba menangis, tapi aku tidak dapat mengeluarkan air mata. | by juubeig | Aug, 2025

Beberapa kali aku mencoba menangis, tapi aku tidak dapat mengeluarkan air mata. Apakah karena aku sudah cukup besar untuk tidak dapat menangis? Apakah aku sudah tidak boleh menangis? Jawabannya tidak, aku bisa saja menangis dan itu akan membuatku lebih kuat dari sebelumnya.
Sedih bagi diriku tidak harus ditandai dengan air mata, aku bisa saja menyalurkan lewat puisi dan bercerita kepada diriku sendiri. Aku merasakan aku tidak sesering itu bersedih, tetapi tubuhku akan menunjukkan tanda-tanda seperti munculnya jerawat/perubahan fisik yang drastis. Aku kemudian menyadari jika saat itu aku telah dilanda kesedihan. Aku biasanya mengatasi hal itu dengan membuat jurnal dan menulis semua yang aku resahkan, aku akan menyelesaikan sesuatu yang bisa diselesaikan, tetapi masalah hubungan tidak akan bisa kuselesaikan sendiri.
Menurutku sesuatu yang belum selesai antara dua tubuh pencinta akan tetap tidak akan bisa terselesaikan dan itu akan seperti buku yang kau tinggal terbuka dan tidak dibaca sampai pada akhir halaman — mungkin karena kau sudah bisa menebak akhirnya atau kau sudah bosan dengan alur cerita yang tidak menantang; tidak sesuai seleramu lalu kau menyerah untuk menyelesaikan.
Buku baru memang sangat banyak di luar sana dan banyak yang akan mengajarimu hal baru. Tetapi, menemukan buku yang akan menjadi dasar prinsip hidupmu memang agak terlalu sulit.
Aku pernah berpikir kalau hal yang pantas ditangisi itu ketika ada peristiwa kelahiran dan kematian, aku menangis haru ketika mendengar suara tangisan keponakanku dan menangis ketika kematian orang sekitarku. Tetapi aku tidak dapat sesering itu menangisi hal-hal lain. Jika terlalu berat aku akan bercerita kepada Mama dan menangis.
Aku bukan anak yang kuat, aku memang bisa dilempar ke mana saja lalu tumbuh, tapi kalau aku sudah bercerita masalah hidupku ke Mama itu sudah tahap final. Karena pemikiranku di atas, aku jadi jarang menangis kalau tidak berat sama sekali, seperti perpisahan manusia yang masih hidup. Aku bersedih tapi tidak menangis, kemungkinan besar setelah itu aku akan menulis banyak puisi tentang perpisahan. Tetapi kata Mama aku anaknya cengeng, dan sensitif. Karena kepada Mama saja aku menangis dan manja. Semisal ada manusia lain yang bisa menerima semua sisi diriku seperti beliau, aku tidak ingin beranjak darinya. Akan seperti buku yang membuatku ingin terus membacanya hingga akhir.